Haritsah, Medical Affair di Daewoong Pharmaceutical Indonesia, benar-benar mewujudkan sosok profesional mandiri yang berkembang melalui inisiatif pribadinya sendiri. Setelah lebih dari sepuluh tahun berkarier sebagai dokter spesialis kegawatdaruratan yang berfokus menyelamatkan nyawa, kini ia menempuh jalur baru dalam bidang evidence-based medicine melalui penelitian klinis. Perjalanannya dengan jelas mencerminkan nilai inti Daewoong: otonomi dan pertumbuhan.
Dari Praktik Klinik ke Dunia Riset – Menemukan Arah Baru dalam Pertumbuhan
Berawal dari ruang gawat darurat hingga pusat trauma, Haritsah selalu mengejar esensi dari ilmu kedokteran.
Namun, selama pandemi COVID-19, satu pertanyaan mendasar terus melekat di benaknya: “Mengapa pasien bisa merespons pengobatan yang sama dengan cara yang berbeda?”
Pertanyaan ini membawanya pada bidang kedokteran fungsional dan presisi (functional and precision medicine). Ia menempuh program lengkap di Institute for Functional Medicine serta memperoleh sertifikasi dari DNAlife, di mana ia mendalami konsep personalized medicine secara sistematis. Namun, dari proses itu pula, ia menemukan sebuah kenyataan baru.
“Untuk dapat menerapkan terapi baru dalam praktik klinis, dibutuhkan bukti ilmiah yang kuat. Dan bukti itu hanya bisa diciptakan melalui riset.”
Kesadaran ini mengubah seluruh arah kariernya, dari menangani pasien secara langsung menjadi merancang kerangka dan menghasilkan bukti ilmiah yang dapat meningkatkan standar pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Meninggalkan rumah sakit bukanlah keputusan mudah. Namun, keinginannya untuk berkontribusi pada tahap upstream dalam dunia medis justru semakin kuat.
“Saya ingin merancang dan melaksanakan penelitian yang menjawab kebutuhan medis yang belum terpenuhi di Indonesia. Medical Affairs bukan hanya membaca jurnal ilmiah, tapi juga tentang merancang dan mengeksekusi studi klinis yang berdampak nyata.”

Baginya, makna terbesar dari transisi karier ini adalah kemampuannya untuk memberi dampak bagi dunia kedokteran di luar lingkup pasien individual. “Menolong satu pasien memang penting, tapi menciptakan bukti ilmiah yang dapat meningkatkan hasil pengobatan bagi banyak pasien dan masyarakat luas adalah motivasi yang jauh lebih besar.”
Tujuan yang Lahir dari Otonomi, Pencapaian yang Didirikan di Atas Tanggung Jawab
Pada Juni 2024, Haritsah bergabung dengan Daewoong Pharmaceutical Indonesia. Awalnya ia mengira Daewoong adalah organisasi yang berorientasi pada penjualan, namun ternyata ia menemukan budaya yang sangat berorientasi pada riset. Daewoong menghargai kinerja dan pola pikir bertumbuh, tanpa memandang usia, kebangsaan, maupun latar belakang. Setiap individu diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuan melalui hasil nyata.


Dalam lingkungan ini, Haritsah menunjukkan perpaduan antara otonomi dan akuntabilitas. Ia membangun jejaring key opinion leader (KOL) di seluruh Indonesia, menyusun laporan kelayakan riset (feasibility report), dan menyiapkan proposal randomized controlled trial (RCT) secara mandiri, meliputi perencanaan anggaran, protokol, serta dasar ilmiahnya.
Ia berhasil memimpin sejumlah studi penting seperti Synovia dan CREZET, serta laporan pertama mengenai hipertensi lingkungan di Indonesia. Selain itu, ia juga aktif dalam presentasi akademik dan program mentoring internal.
“Dorongan terbesar saya bukan datang dari instruksi orang lain, tapi dari rasa tanggung jawab pribadi. Lingkungan yang otonom tidak hanya memberikan kebebasan, tetapi juga tanggung jawab untuk menciptakan hasil dari inisiatif sendiri.”
Menyusun Tantangan Medis yang Kompleks
Kemampuan pengambilan keputusan cepat dan berpikir terstruktur yang ia peroleh selama bekerja di IGD kini menjadi kekuatan utamanya sebagai seorang Medical Affair. Bagi Haritsah, riset klinis bukanlah labirin yang rumit, melainkan proses yang memiliki alur logis dan sistematis.
“Penelitian klinis melibatkan banyak variabel, tetapi intinya sederhana: semua berawal dari pertanyaan yang tepat dan rancangan sistem yang mampu memvalidasinya melalui data.”
Saat ini ia menangani berbagai bidang terapi, termasuk ortopedi, penyakit kardiovaskular, dan toksin botulinum (NABOTA). Melalui kolaborasi dengan para ahli lintas disiplin, ia merancang model penelitian yang praktis dan relevan secara klinis.
“Data yang baik tidak pernah dihasilkan sendirian. Kualitas riset ditentukan oleh kolaborasi antara rekan sejawat, peneliti, dan regulator.”

Ia juga menekankan pentingnya keterkaitan antara kondisi klinis di Indonesia dan arah strategis riset Daewoong. “Infrastruktur penelitian klinis di Indonesia masih berkembang. Pengumpulan data domestik sangat penting untuk membentuk standar medis nasional. Strategi Global-Local Integrated R&D Daewoong sejalan dengan hal ini, mengembangkan data lokal menjadi bagian dari jejaring riset global.”
Bertumbuh Bersama Melalui Budaya Win-Win-Win
Haritsah menyaksikan secara langsung bagaimana budaya Win-Win-Win Daewoong diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari.
“Selama studi observasional CREZET, tim klinis, tim pemasaran, dan peneliti eksternal bekerja sebagai satu kesatuan. Tidak ada sekat antar-departemen; semua berfokus pada satu tujuan bersama, yaitu menghasilkan penelitian yang berpusat pada pasien.”
Pengalaman ini membuktikan bahwa “struktur di mana semua pihak menang” bukan hanya slogan, melainkan pendekatan nyata yang menghasilkan hasil konkret.
“Kolaborasi mempercepat pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah. Sehingga, efisiensi dan kualitas penelitian meningkat. Ketika semua pihak memiliki tujuan yang sama, keberhasilan akan mengikuti secara alami.”
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi yang transparan dalam kolaborasi lintas fungsi. “Penelitian klinis berada di persimpangan antara sains, regulasi, dan bisnis. Karena itu, komunikasi terbuka adalah hal yang sangat penting.”

Ia menjelaskan bagaimana ia membangun kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan: Kami secara rutin mengadakan pertemuan dengan kantor pusat untuk menyelaraskan strategi R&D, berkomunikasi secara intensif dengan regulator (BPOM) sejak tahap awal guna meminimalkan potensi keterlambatan, serta aktif bekerja sama dengan kalangan akademisi untuk merancang penelitian yang relevan di lapangan dan menulis publikasi bersama. Mendengarkan dan saling menghormati adalah fondasi dari setiap kemitraan yang sukses.”
Mekanisme Pertumbuhan yang Terstruktur
Haritsah mengenang momen paling berkesan dalam kariernya di Daewoong saat pertama kali ia mengelola seluruh portofolio terapi secara mandiri.
“Sebelumnya saya hanya mengikuti rencana senior, tetapi kali ini saya harus memimpin semua tahap, mulai dari desain penelitian, kolaborasi KOL, hingga perencanaan bisnis dan manajemen risiko. Dari pengalaman itu, saya belajar arti penting dari ketelitian, berpikir strategis, dan membangun kepercayaan dalam tim. Berkat budaya otonomi dan kolaborasi di Daewoong, saya tumbuh pesat sebagai peneliti sekaligus pemimpin."

Menurutnya, pengalaman ini sejalan dengan program pengembangan sistematis Daewoong. “Melalui Career Development Program (CDP), saya dapat menetapkan arah karier jangka panjang dengan lebih jelas, dan sesi feedback rutin membantu saya memperkuat kepemimpinan serta kemampuan manajemen project.”
Saat ini, ia tengah menyelesaikan kursus dari Medical Affairs Professional Society (MAPS) untuk membangun kompetensi yang sesuai standar global. “Tujuan saya adalah menghubungkan data Indonesia dengan riset global dan berkontribusi dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan nasional.”
Menembus Batas, Pertumbuhan Tanpa Sekat
Ketika ditanya tentang tujuan masa depannya, ia menjawab dengan penuh keyakinan: “Saya ingin memimpin riset multi-center dalam bidang precision medicine berbasis data genetik. Saya juga ingin membantu para Medical Advisor muda agar berani menghadapi tantangan dan tumbuh dengan percaya diri.”
Visinya melampaui batas geografis Indonesia. “Saya berencana mengembangkan decentralized clinical trials (DCT) berbasis teknologi digital, agar pasien di wilayah dengan akses kesehatan terbatas juga dapat berpartisipasi dalam penelitian.
Dengan mengintegrasikan pharmacogenomics dan real-world evidence (RWE), saya ingin memperkuat pengobatan yang dipersonalisasi di Indonesia, sekaligus bekerja sama dengan asosiasi akademik di Asia untuk memperluas dasar ilmu evidence-based medicine. Saya berharap semua upaya ini dapat memberikan kontribusi bermakna bagi pengembangan obat secara global.”

Akhirnya, Haritsah merangkum pandangannya tentang Daewoong dalam satu kalimat: “Breaking Barriers. Daewoong menembus batas kebangsaan, masa kerja, dan pengalaman, memberikan kesempatan tumbuh bagi setiap individu.”
Kisah Haritsah menunjukkan bagaimana otonomi dan semangat bertumbuh dapat mendorong kemajuan pribadi sekaligus kemajuan organisasi. Ia terus menetapkan tujuan baru, menantang batas diri, dan mewujudkan keyakinan Daewoong bahwa pertumbuhan sejati datang dari keberanian untuk melampaui batas.